Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2013

G-Dragon

"Kin kamu kenapa suka sama GD? | kamu sendiri kenapa suka sama EXO? | ya keren aja | ya gitu juga aku, keren aja =))" Oke sekilas percakapan ya =)) Oke kalo ditanya kenapa saya suka sama GD, saya juga ga paham sih kenapa tapi scroll aja ke bawah kalo ga salah udah ada penjelasannya . Salah satu atau salah dua atau yaa... beberapa dari teman saya heran kenapa saya bisa suka GD, saya pun heran sebenarnya, namun apa daya dan upaya rasa kagum itu masih terus ada sampai sekarang. Saya bukan fanatic, tapi hanya ingin tahu saja tidak apa-apa kan? nge-stalk socmed GD, ya daripada cuman nge-stalk gebetan, ya gak? =)) Menurut saya GD itu mempunyai dua jiwa dalam satu raga, karena dia terkesan sangat-sangat-sangat dingin (waktu nerima award dari MAMA juga mukanya flat banget ._.) tapi entah mengapa di setiap performance nya GD itu sangat ekspresif. Apalagi di MV nya yang nge-beat (sebagian besar emang nge-beat). Tatonya makin sini kayanya makin banyak aja, tapi saya ga

My Soul

Anyway tadi siang di kostan temen pada ngomongin 'jiwa', jiwa disini bukan berarti jiwa-jiwa yang tenang ya ._. jiwa yang dimaksud adalah jiwa yang sesungguhnya, misal jiwa seni, jiwa sastra dll. Gue ga mikir terlalu keras ya takut ujan gede soalnya, mikir kalo setiap orang punya passionnya masing-masing sama apa yang mereka punya di dirinya sendiri. Jiwa gue itu udah tumbuh dan berkembang banget di Bahasa Indonesia dan sekarang gue ada di raga baru dengan jiwa yang sama, sulit di pahami ga? yaudahlah ya, bukan berarti gue ga bisa move on dari jiwa sastra gue (puisi, cerpen, dsb) tapi gue emang ga mau move on, dulu sempet fakum dan nyoba buat berhenti bikin semua itu tapi pada akhirnya cuma mereka-mereka (re: puisi / cerpen) tempat gue kembali dari segala jenis faktorial x, makin rumit ya .__________. Jadi intinya, semua orang pasti punya 'jiwa' nya masing-masing dan ga mudah bahkan sulit buat ngubah atau ngilangin apapun yang udah dia jiwai selama ini. -sekian- th

Menghargai dan Dihargai

mudah untukmu berkata dan meminta agar kamu, pendapatmu dan tindakanmu dihargai oleh orang lain ataupun orang disekitarmu. Tapi apakah kau telah menghargai lingkunganmu juga? kebanyakan dari kita mereka hanya memandang ego dan gengsi lebih penting dari segalanya tanpa memiikirkan bagaimana pendapat ataupun perasaan orang lain. Hendaknya kita berbicara yang seharusnya kita bicarakan, dan menutup rapat mulut kita dengan sesuatu yang memang tidak seharusnya di bicarakan karena hal tersebut merupakan salah satu bentuk penghargaan paling sederhana, yaitu dengan menjaga lisan kita, karena ada pepatah yang mengatakan lidah itu lebih tajam dari pisau belati. maka janganlah kita bermain-main dengan lidah / ucapan . Selain ucapan yang harus kita jaga yaitu perbuatan. Namun satu hal yang paling penting, sebelum kita menghargai orang lain hargailah diri kita terlebih dahulu. Banyak orang yang selalu mencaci dan memaki bahkan menghakimi dirinya sendiri. Yakinlah dirimu bahwa dirimu adalah sahabat
Setiap orang ingin punya waktu, waktunya untuk sendiri, waktunya dia memahami dirinya sendiri. Kadang aku berfikir, mengapa begitu banyak hal yang harus ku pahami, sedangkan aku tak paham akan diriku sendiri. Ingin aku memutar kembali, roda kehidupan yang telah melaju sangat kencang ini, namun sayang semua itu hanya ilusi. Aku tak mengerti mengapa semua ini bisa terjadi, kini aku bagai kapal yang terombang-ambing di tengah laut, tak tahu kemana arah yang harus kutuju, dan dimana aku harus menepi. Pundakku tak pernah aku kunci, tak pernah aku halangi, tapi pundak manakah yang selalu siap ku datangi kini dan nanti. Mereka memang akan pergi dan aku yakin sulit untuk mempertahankannya kembali, suatu saat nanti mungkin aku harus seperti dulu lagi. Hati ini tidak terlalu dingin, hanya saja sudah membongkah, sayang bara api itu enyah entah kemana. Ini yang kutahu aku tak tahu apa yang akan terjadi nanti.

Nisan Putih

Jika suatu hari harus ada yang pergi biarlah aku yang pergi Jika suatu hari aku sudah tak disini, Anggaplah memang ku tak pernah disini Aku tidak ingin menangis lagi Semua mimpi-mimpi kini hanya mimpi Aku ingin pergi Kelak ku kan bersandar di bawah nisan putih