Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2013
Hari ini baca banyak tumblr orang, dan... ya itu semua bikin aku jadi sadar kalo aku harus lebih banyak bersyukur. Thanks GOD, thanks MOM & DAD, thanks my BRO, thanks my FAMILY and thanks My BEST FRIENDS. Thank you thank you so much :')
Kadang suka ga tau dan GA MAU TAU, itu yang bikin semuanya jadi sesat. Kadang suka masa bodo dan persetan dengan apapun, itu yang bikin lebih sesat. Kadang suka ga mau mikirin orang lain karena apapun alesannya, itu lebih lebih dari sekedar sesat, dan kadang Gue cape dengan semua ini....
Waktu penyerahan berkas nemu orang ganteng di kampus, dan saya fikir dia tidak lain... (baca: lambai) yaaa.... senior, depan saya, senyum, putih, lucu... Ga kaya waktu di BIP ada pramugara di liat dari belakang sih maco eh pas balik cuco ._.

8888

18 Agustus 1988!!! Wooo bentar lagiiiii!!!! Bentar lagi Ji Yong oppa ulang tahun.... G-Dragon!!! yeyyyy!!! Entahlah tapi dia benar-benar beruntung, 8888 memiliki angka yang dianggap membawa keberuntungan dan lahir di tahun naga. <3 <3 <3 I don't know why but i love u!!! <3
Niatnya sih mau bikin cerpen (lagi) atau lebih tepatnya nerusin (lagi), ga kelar-kelar dari waktu itu azzzzz -_- tapi malah jadi begini ._. yasudahlah, enjoy reading and see u next post. Bye, Gnight~~~

Lilin Kecil

Aku memang bukan bulan, Aku memang bukan bintang, Aku juga bukan mentari, Aku hanya sebuah lilin kecil. Bulan, bintang ataupun mentari, Mereka bersinar menerangi bumi, Aku bukan mereka, Hanya atap kecil yang kuterangi, Walau tak besar, Namun aku berguna.

Jingga Merona

Apakah itu sang fajar? Apakah itu sang fajar? Fajar yang datang untuk memulai hari-hari manusia, Bukan! Bukan! Sang fajar telah pergi, Pergi namun esok kembali. Mengapa? Mengapa dia pergi? Karena sang senja tidak mengijini. Lihatlah sang senja, Senja yang jingga juga merona.

Sepeda Tua Kakek Renta

Harus kemana lagi aku susuri? Harus kemana lagi aku jelajahi? Ibu kota yang tak punya nurani Apalagi yang ingin kau perbuat? Apalagi yang ingin kau lakukan? Aku harus bagaimana lagi? Berjalanpun sudah tak sanggup, Roda-roda itu mulai mengendur, Warnanya pun mulai memudar. Dulu aku sanggup mengayuhnya, Walau sampai jauh dimata, Dulu aku sanggup mengayuhnya, Sampai terdengar suara-suara ria. Kini semua sudah memutih, Tak ada lagi yang memilih, Kini aku hanya kakek renta, Yang bersepeda tua.

Raga, Jiwa dan Hati Manusia

Topeng itu kembali terpasang, Diantara senyuman yang mulai memudar, Topeng itu kembali terpasang, Diantara hati yang tak tegar. Ragamu mungkin bersamaku, Namun jiwamu tak ingin lakukan itu, Ragamu mencoba mendekat denganku, Namun jiwamu tak pernah ada untukku. Jika kau menyesal, Sesali... Jika kau benci, Lakukan... Percuma kau terus begini, Hatiku juga, hati manusia.

Oasis di Gurun Pasir

Saat mentari berdiri melebihi segalanya, Saat aku terjerembab dalam pusaran pasir panas, Saat tak ada yang kucari, Saat itulah aku ingin berhenti. Percuma aku terus menyusuri, Pasir gersang yang tak akan menepi, Percuma aku jejaki, Saat semua orang berlari. Aku tidak pernah menyerah, Walau harus bersusah payah, Saat yang lain berkata 'sudahlah' Aku hanya bisa berpasrah. "Dimana dia? dimana?" Aku ingin menemukannya, Aku tidak menginginkan perubahan, Perubahan yang membuat semuanya sirna. Jangan kau anggap aku air hujan di Padang Safana, Aku ini serpihan berlian yang tak kau lihat, Namun berlian itu tak bisa utuh, Tanpa kau yang dulu. Aku sudah lelah, Mencoba mengajakmu kembali, Jika ini yang kau ingini, Baiklah akan ku ikuti. Mencarimu... Mencari ketulusanmu, Mencarimu... Mencari kamu yang dulu, Bagai oasis di gurun pasir.