Siang ini matahari
terlalu bersemangat memancarkan cahayannya, namun aku takut jika nanti entah
sore atau malam nanti tak akan seindah ini. “Jangan tertawa terlalu bebas,
terlalu puas, terlalu lepas, takut ada air mata nanti sesudahnya” itu pepatah
yang selalu ku dengar, entah mitos atau apa tapi yang pasti aku sudah tak ada
waktu untuk memikirkannya lagi karena akan ada kelas siang ini.
“Liat langitnya
mendung, bentar lagi mau ujan kayanya. Sebentar-sebentar panas,
sebentar-sebentar hujan” ucap seorang teman padaku, yang membuatku memandang
langit siang yang cerah tadi menjadi kelabu di sore ini yang tak lama terdengar
gemericik hujan di luar sana. ‘Matahari siang tadi udah bohongin dirinya
sendiri, dia udah capek dan mulai nyerah sama keadaan. Karena sepandai apapun
lo nyembunyiin hujan toh mereka bakal jatuh juga’ ujar hati kecilku.
Aku rindu melihat
pelangi setelah hujan reda, aku rindu melihat langit jingga seperti dulu saat
aku belum dewasa, saat anak-anak hanya tau apa itu lapang bola, tempat bermain
yang menyenangkan, bukan ps4 atau smartphone. Bukan langit muram yang lelah
setelah hujan, bukan awan hitam yang menutupi cahaya bulan, bukan gedung-gedung
tinggi pencakar langit di setiap sudutnya, bukan aku dengan berbagai beban yang
ada di pundakku, yang hanya bisa tertawa dengan 2 manusia 4 wajah tak
bernaluri.
“Hujan....
Apakah tidak sakit setelah kau jatuh berkali-kali?
Sulit bangkit dan terus saja begitu lagi
Hujan....
Aku punya rindu akan masa lalu
Tentang mereka yang dulu
Namun kini tak ada waktu
Membiarrkan aku menunggu
Benci rasanya tak suka itu
Hujan....
Terimakasih....
Kau yang selalu menemani
Saat ada hujan di mata ini...”
Komentar
Posting Komentar