Hari ini adalah hari besar dimana sedang ada acara besar
berlangsung di sebuah kerajaan. “Balap Kuda” ya lomba balap kuda, namun aku tidak bisa
mengikutinya, kenapa? Karena aku bukanlah kuda balap, karena aku tidak seprti
mereka. Aku hanya seekor kuda kerajaan yang selalu ikut kemana tuanku
melangkah, kemana tuanku mengajakku, menunggangiku. Namun mereka mencibirku, ya
mereka, para kuda di area balap itu. “Apa yang kau bisa hah? Hanya berdiam dan
menonton kami saja? Hahahaha lihatlah tubuhmu, kau mempunyai tubuh berwarna
putih dan rambut yang panjang, sepertinya kau tak layak dibilang seorang
pejantan” cibir seekor kuda hitam tegap yang melewat di pinggirku, dia sedang
bersiap-siapuntuk mengikuti perlombaan. ‘Apa benar aku tidak layak dikatakan
seorang pejantan? Kenapa? Apa sehina itukah aku?’ tanyaku dalam diam, aku hanya
menyimak alur perlombaan tersebut aku berdiri di pinggir tuanku, sang pangeran
kerajaan. Pangeran menatapku dan mengelus pundakku “Aku beruntung memilikimu”
ucapnya padaku. Aku tidak tahu mengapa sang pangeran merasa beruntung
memilikiku atau itu hanya untuk menghiburku saja? Entahlah, aku tidak seperti
mereka, mempunyai kulit yang gelap dan rambut yang pendek juga badan yang
berotot, kulitku putih cerah dan rambutku cukup panjang bagi pejantan, namun
badanku tidak kalah dari mereka. Aku adalah kuda turunan Spanyol-Prancis namun
sejak kecil aku sudah tinggal di kerajaan ini karena ayahku juga merupakan
seekor kuda kerajaan yang dimiliki oleh seorang pangeran dulunya, pangeran itu
kini telah menjadi seorang raja yang hebat dan putranyalah yang kini menjadi
majikanku.
Dulu
ayahku sangat dibanggakan di kerajaan ini, karena dia selain menjadi kuda
kerajaan dia juga adalah kuda petarung. Bukan kuda yang suka bertarung di area
tarung, namun ayahku dulu adalah kuda petarung di medan perang. Ayahku dulu
selalu diajak oleh tuannya jika akan terjadi peperangan dia sungguh mengagumkan
hingga akhirnya dia terbunuh karena melindunggi raja dari busur panah yang
ditembakan oleh musuh kerajaan. Jasanya sungguh di kenang dan aku berharap
kelak aku bisa seperti dia. Kini acara sudah selesai, mereka, lagi-lagi mereka
datang. Para kuda arena balap, mereka melewatiku sambil mencirku dan
menertawakanku. Sungguh itu menjengkelkan. Tuanku mengajakku ke arena berkuda,
ia menunggangiku dengan gagahnya. Balutan baju berkuda berwarna putih dan
hitam, juga topi menambah kharismatiknya. Saat telah selesai berkuda tuanku
mengajakku kesebuah ladang hijau yang sangat luas, benar-benar luas. Ada mata
air yang mengalir disana tepat di depanku sekarang. “Tahukah kamu megapa aku
mengajakmu kemari? Aku ingin menyadarkanmu kawan. Aku lihat kau bersedih tadi
di arena balap, aku tahu aku seperti orang bodoh yang berbicara pada seekor
kuda namun aku tahu kau merasa tidak nyaman. Coba kau lihat pada genangan air
itu, berkacalah! Kau mempunyai kulit dan rambut yang indah, benar-benar indah.
Kau sungguh cantik dan tahukah kau? Saat kau ku tunggangi kau sungguh anggun,
kau adalah pejantan terindah yang pernah ku punya. Saat aku menunggangimu semua
mata bukan tertuju padaku tapi padamu ya padamu, kau membuat hati setiap orang
iri, bahkan akupun iri padamu. Jika kau Tuhan ciptakan menjadi seorang manusia
mungkin hidupku tidak akan tenang, kenapa? Karena kau sungguh tampan, setiap
gadis cantik tak berkedip melihatmu, membuat hati lelaki lain risau. Itulah,
itulah yang dirasakan oleh para kuda di arena balap tadi. Mereka hanya iri
padamu dan mereka ingin membuat nyalimu ciut. Hah! Sudahlah! Rasanya aku sudah
gila berbicara padamu, tapi jika kau mengerti ingatlah itu” usap pangeran
padaku dan akhirnya kamipun meninggalkan tempat ini.
Kata-kata
tuanku selalu teringgat olehku, keesokan harinya mereka datang lagi kini lebih
banyak. Hitam & kecoklatan mendominasi disana. Kuda-kuda arena balap itu.
“Hai kuda manja, bisakah kau kepakan rambutmu itu? Hahaha” seru seekor kuda
yang aku kira dia adalah pemimpinnya. “Aku bukan seekor kuda manja, kau seperti
ini karena kau iri padaku bukan” tegasku lantang mereka tidak terima dan
mengajakku berlomba, lomba lari, yaa itu keahlian mereka namun akan kubuktikan
aku seorang pejantan dan kuterima tawarannya. Tak pernah aku kira aku bisa
berlari lebih cepat dari mereka, ternyata kakiku memang lebih panjang, badanku
lebih tegap dan berisi dan rambutku sama sekali tidak mengganggu. Lomba
selesai, aku memenangkannya, dan kini mereka harus mengakui bahwa aku
benar-benar kuda pejantan. “Kau sungguh luar biasa! Aku benar-benar beruntung
memilikinu” ternyata ada pangeran di belakangku dan berjalan kearahku, dia pun
mengulangi kalimat yang sama seperti di arena balap kemarin. “Tahukah kau
mengapa aku selalu merasa beruntung memilikimu? Dulu aku sempat akan tertabrak
oleh gerombolan kuda yang sedang berpacu di arena balap, namun kau datang
menyelamatkanku padahal waktu itu kau masih berumur 5 tahun masih muda masih
sangat muda, mungkin jika kau tidak berlari kearahku dan menarikku pergi
darisana aku tidak bisa melihat matahari terbit lagi keesokan harinya. Terima
kasih” ucap tuanku sambil memeluk leherku. Dari situlah aku benar-benar
beruntung memiliki tuan seperti dia, ternyata dia masih mengingat kejadian itu.
Bukan hanya dia yang merasakan hal yang seperti itu. Dan kini aku bisa
membuktikan pada mereka, kuda kerajaan bukan hanya bisa berlindung pada tuannya
namun juga bisa melindungi tuannya, kelak aku akan seperti ayahku dulu.
-TAMAT-
Tumben sit ngomongin kuda :O tapi baguusss :bd
BalasHapuswkwkwkwkwkwk gatau sih, tiba-tiba. lagi mikirin dokter berkuda putih kayanya wkwkwk XD
BalasHapusbeuuu wkwkwkkw...........
BalasHapusbagusss sit baguss. cuma tdi ada huruf yg kurang kyknya wkwkkwkw
terima kasih ncokkkk :) wkwkwkw gatau ga liat =))
BalasHapussama-sama ncitttttttttttttttttttt :P wkkwkwk
BalasHapus