Tahukah... aku masih mengingatnya, semua kenangan itu, sampai saat ini. Takkan ku cegah kalian untuk melupakanku, karena ku tahu suatu saat nanti akan ada memori yang terkikis, akan ada memori yang melemah dan saat itulah harus ada yang dikorbankan. Dulu aku merasa semuanya begitu lengkap dengan kehadiran kalian, kalian selalu ada saat aku ingin bercerita, ingin menangis dan ingin tertawa sekencang kencangnya dan disitulah aku merasa bahagia. Kini harus ada hati yang terluka, kenangan itu nampaknya memang sudah pudar, tak ada lagi asa yang tersisa. Aku benci mengatakannya namun jujur aku merindukannya. Kalian selalu tahu apa alasanku melakukan suatu hal tanpa harus aku bicara, dan ketika aku mulai pergi sepertinya semuanya terlukis dengan pasti. Ini mungkin memang jalan kita, kini kau, kau dengan mereka dan aku sudah menemukan yang lebih baik dari kalian. Akan ku ikuti arus ini, selamat jalan...
Hari ini adalah hari besar dimana sedang ada acara besar berlangsung di sebuah kerajaan. “Balap Kuda” ya lomba balap kuda, namun aku tidak bisa mengikutinya, kenapa? Karena aku bukanlah kuda balap, karena aku tidak seprti mereka. Aku hanya seekor kuda kerajaan yang selalu ikut kemana tuanku melangkah, kemana tuanku mengajakku, menunggangiku. Namun mereka mencibirku, ya mereka, para kuda di area balap itu. “Apa yang kau bisa hah? Hanya berdiam dan menonton kami saja? Hahahaha lihatlah tubuhmu, kau mempunyai tubuh berwarna putih dan rambut yang panjang, sepertinya kau tak layak dibilang seorang pejantan” cibir seekor kuda hitam tegap yang melewat di pinggirku, dia sedang bersiap-siapuntuk mengikuti perlombaan. ‘Apa benar aku tidak layak dikatakan seorang pejantan? Kenapa? Apa sehina itukah aku?’ tanyaku dalam diam, aku hanya menyimak alur perlombaan tersebut aku berdiri di pinggir tuanku, sang pangeran kerajaan. Pangeran menatapku dan mengelus pundakku “Aku beruntung memiliki...
Komentar
Posting Komentar