Aku berjalan beriringan dengan angin malam, melaju melewati langit
gelap dan rintikan air hujan. Aku teringat petuah kakekku dulu “Setiap manusia
di kolong langit tidak ada yang langsung bisa, semuanya harus ada usaha”. Aku
senang menjalani hidup, hidupkuyang dulu. Andaikan hidup ini seperti ice cream
green tea, pasti akan menyenangkan sekali, tenang, dingin dan juga banyak
disukai.
Aku hentikan
langkah ini tepat di depan pintu masuk universitas, “Tahukah Tuhan akan
hidupku? Pasti Tuhan tahu, tapi mengapa Tuhan seperti ini padaku? Selama ini
aku berusaha dan terus berusaha setengah mati hingga hampir mati rasanya, aku
berjalan menyusuri banyak ombak, melewati banyak angin, mencoba tetap tegap
berdiri seperti beringin. Namun nyatanya aku rapuh, lebih rapuh dari biskuit...”
Air mata
ini tidak yang menetes hanya hati yang rasanya sakit, mungkin ini karena sedih
yang terlalu hingga air mata ini pun tak tahu bagaimana caranya turun. “Tuhan....
aku tdak menginginkan apa-apa, aku hanya tidak ingin membuat kecewa
siapa-siapa, terutama ibu dan ayah. Tuhan... setiap kali aku mencoba untuk tidur
diantara kegelapan malam, disaat orang lain tengah asik bermimpi aku hanya
berfikir, jika aku telelap nanti, bisakah aku tidur lebih lama dan lebih lelap
hingga akhirnya tak terbangun lagi?....”
Rasanya
aku rindu dengan masa lalu, rasanya aku ingin kembali ke kndungan ibu, mungkin
jika ibuku bisa berharap anak maa yang akan ia lahirkan bukan aku yang akan
terpilih. Jika masih ada mentari untukku esok hari bisakah aku berreinkarnasi
menjadi yang lebih baik lagi. Aku lelah tiao malam terus tterus terbangun,
menangis, merintih. Aku iri pada mereka.... andai hidup ini drama aku ingin
cepat menemukan akhirnya.
“Masih layakkah
aku disini? Jika tidak tak apa aku pergi, asalkan tak ada lagi kekecewaan bagi
mereka orang-orang yang aku cintai. Mentari sampaikan salamku untuk mereka, esok hari”
belum sempet posting survey nih jadi posting ini aja dulu, thanks for comin' :)
Komentar
Posting Komentar